Selasa, 07 Mei 2013

ESENSI HAJI (Ulasan Kritis Dari Pak Marzuki)

Ibadah haji seolah kehilangan makna bagi umat Islam Indonesia secara umum. Seperti dimaklumi bahwa Ibadah haji sudah menjadi tradisi sebagian besar umat muslim Indonesia secara turun menurun. Ratusan ribu jamaah haji Indonesia  setiap tahunnya selalu memenuhi wilayah Masjidil Haram.

Namun, Ibadah haji yang dilakukan ratusan ribu/jutaan jamaah tak berdaya menjelaskan dan menjawab krisis di Indonesia. Faktanya, Indonesia mendapat julukan negara terkorup no.1 di  Asia dan nomor 2 di dunia. Sehingga ada kesimpulan umum, haji yang dilakukan jutaan tak berbekas, hanya sekadar menjadi ritual sia-sia belaka.
Selama ini haji lebih dititikberatkan pada syariat, fiqih dan ritual, sekadar memenuhi rukun-wajib haji. Yang lebih ironis lagi, orang berangkat ke tanah suci, pulang supaya disebut dengan hajji atau hajjah di depan namanya. Esensi ditinggalkan, gebyar lebih utama disuguhkan.
Semangat berhaji bisa dianalogkan dengan semangat orang muslim membangun masjid, namun belum/tidak diteruskan tahap memakmurkan masjid apalagi memakmurkan jamaah. Esensi haji belum menjadi mainstream, memahami adanya momentum untuk melakukan perubahan.
Pelaksanaan ibadah haji yang benar harus ditunaikan sehingga ibadah ini benar-benar membekas dan merubah pola fikir, pola bicara, dan pola tingkah laku. Untuk mengawalinya, apa sebenarnya motivasi haji yang harus dipunyai oleh seorang muslim?
1.         Reason to Do, memiliki alasan kuat, tekad dan niat ikhlas dalam berhaji.
2.         Understanding Religion Level, memandang bahwa jamaah memiliki pemahaman agama berbeda. Bila fokus pada fiqih semata timbul kesan haji sangat complicated, rumit dan susah. Padahal yassiru wa laa tu’assiru.
3.         Pemahaman haji sebagai wasilah atau jembatan. Kendaraan (vehicle) mencapai masa depan lebih baik. Kalau tahun ini berangkat haji, harusnya tahun ini lebih baik dibanding tahun kemarin.
4.         Penghayatan, haji sebagai suatu prosesi. Ibarat film kehidupan, manusia sebagai aktor, Allah sutradara. Dalam film ada skenario sa’i, thawaf, dan lain-lain. Setting tempat seperti Ka’bah, Shafa-Marwa. Kesadaran menjadi aktor terbaik hingga meraih “piala citra”.
Banyak esensi dari ibadah haji yang betul-betul mulia. Dalam beribadah haji, semua jamaah memakai pakaian ihrom. Sesungguhnya hal ini mengandung pesan rahasia yang mendalam. Di antara pesan tersebut adalah:
1.       Pakaian putih 2 lembar tak berjahit, paling tidak 3 pesan terselip di dalamnya (Ketulusan-sincerity, Kesamaan-similiarity, Kesederhanaan-simplicity).
2.       Pakaian putih filosofi dari kesucian, kebersihan, keselasan.
3.       Ketulusan dalam bahasa agama Ikhlas.
Ketulusan bermakna give more get even more (berikan lebih-kita akan mendapat lebih).
Beribadah haji juga melakukan thawaf. Pelajaran yang tinggi nilainya dari prosesi ibadah ini. Keikhlasan dibangun, kepasrahan ditumbuhkan, kesucian dijaga, kesabaran dikembangkan. Pelajaran untuk hidup bersama dengan orang lain juga ditanamkan dalam thawaf ini. Orang harus menghormati orang lain, menjaga ketenangan ketentraman orang lain. Dalam menjalankan tugasnya, orang harus selaras dengan aturan dan keteraturan. Dan juga yang lebih utama dari pelajaran thawaf ini adalah keikhlasan yang tinggi ditempa.
Ibadah sa’I juga mengandung makna yang luar biasa. Perjuangan, keuletan, ketangguhan untuk mendapatkan sesuatu dengan tetap menjaga kehormatan orang lain. Jiwa ikhlas betul-betul digemblengkan. Dan masih banyak makna esensial dari rangkaian ibadah haji yang lainnya yang menjadikan  manusia siap untuk berubah baik dengan penuh keikhlasan.
Manusia yang selalu ikhlas dan berusaha terus ikhlas adalah gemblengan haji yang sesungguhnya. Mereka adalah pertama, manusia yang selalu melihat peluang dalam kehidupan (tidak pernah melihat ancaman dalam hidup). Kedua, manusia yang berpikir longterm bukan short term. Berpikir jangka panjang-kalau berhasil bersyukur & bila gagal sabar. Ketiga adalah manusia yang memberikan sesuatu kepada orang lain (purpose right). Kemaslahatan bersama selalu dijunjung tinggi. (edited by mashadiok@gmail.com).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host